May 31, 2015

God is Good!

Minggu malam. Hari terakhir bulan Mei di tahun 2015.

Waktu selalu berjalan lebih cepat dari yang diperkirakan, ya? Atau mungkin cuma aku yang belum bisa memaksimalkan waktuku? Hehehe, entah. Kata orang, musuh terbesar kita itu waktu. Baru kerasa akhir-akhir ini, that words mean so much. Apalagi setelah ldr sama Dio, jadi makin kerasa kalau waktu yang kita miliki itu bener-bener berarti. Baru kerasa juga, mungkin ini one of the perk of having this long-distance-relationship. Kenapa? Karena, kita, atau mungkin aku terutama, jadi lebih menghargai waktu. Itu pelajaran nomor satu yang aku dapet.

Next, couple days ago, aku lihat ada seorang kakek lagi jualan koran. Aku lihat dari dalem mobil waktu lagi macet di daerah Ngesrep, and guess what? Beliau ga punya kaki. Aku beli korannya, aku kasih uang yang lebih dan si kakek merogoh kantongnya buat cari kembalian. Aku bilang, "Uang lebihnya buat kakek, sehat terus ya, Kek!". Beliau berterimakasih banget sama aku sembari kasih belasan doa baik, padahal uang yang aku kasih itu menurut aku bener-bener ga seberapa. Habis itu aku nangis, rasanya kaya dilemparin batu, ditampar berkali-kali. Padahal sebelum lihat beliau, aku lagi ngeluh dalem hati kenapa macet dan panas banget. Rasanya bener-bener malu sama Tuhan, aku yang udah naik mobil aja ngeluh panas, gimana orang-orang di luar sana yang bahkan kendaraan aja mereka belum punya? Gimana bisa aku menuntut Tuhan buat memenuhi kebutuhan tersier aku yang ga ada habisnya, sementara orang di luar sana kebutuhan primernya aja masih terbengkalai? Habis kejadian itu, aku cerita sama Dio tentang apa yang aku lihat siang harinya. Dio bilang, Tuhan kurang baik apa sama kita, makanya kita harus selalu bersyukur buat semua yang udah Tuhan kasih. Indeed. Itu pelajaran kedua.

Sekarang, dari dua pelajaran itu, aku coba terapin ke hidupku. Sebagai contoh, saat bangun tidur "Tuhan, terimakasih aku masih diberi kesempatan pagi ini", dan masih banyak hal-hal kecil lainnya. Aku berusaha melakukan apa yang aku bisa dan ga nunda-nunda pekerjaan, mulai membuang motto hidupku yang due tomorrow, do tomorrow. Susah? Jelas susah, banget malah. Coba buat mengaplikasikan salah satunya aja susah, apalagi dua, iya kan? Hehe, tapi berusaha kan suatu keharusan. So, here I am, sedang dalam fase menjadi produktif dan menjadi orang yang bersyukur. Ternyata, waktu kita bisa ga mengeluhkan sesuatu, rasanya jauh lebih nyenengin. Ini serius. Kuliah jadi ga terlalu susah (bohong deng, wkwk), eh maksudnya, kuliah tetep susah, tapi aku lebih menghargai usahaku jadi lebih mensyukuri apapun hasilnya. Tapi bukan berarti pasrah juga, lho. And then, aku jadi lebih bisa menghargai presensi orang-orang di sekitarku. Terutama keluarga, temen, dan Dio. Papi sama Mum, yang selalu baik dengan caranya, yang selalu mendukung baik secara fisik maupun finansial. Teman-teman baik yang secara tidak langsung membuat aku terbiasa melakukan sesuatu tanpa Dio, yang membuat aku tetep tahan even keadaan sebenernya ga memungkinkan buat bertahan. And last but not least, klise sih, tapi aku bener-bener berterimakasih sama Tuhan atas pemberianNya yang satu ini, yang selalu sabar dan ga ada bosennya sama semua kelakuanku yang ga masuk akal, terimakasih ya, Io!

Detik-detik terakhir sebelum mengakhiri bulan Mei.. seneng banget, realizing that i have all things i need, being loved by people i love. Bersyukur sekali karena berkat Tuhan selalu ada, entah disadari atau tidak. Selamat memasuki bulan Juni! Semoga menjadi lebih baik, ya! :)